JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah membangun Bendungan Jenelata di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Konstruksinya telah dilaksanakan sejak Oktober 2023 dan direncanakan rampung pada 2028, sehingga mampu menjadi pengendali banjir Kota Makassar.
Pembangunan Bendungan Jenelata bertujuan untuk mengoptimalkan pengendalian banjir di Kota Makassar yang selama ini hanya mengandalkan Bendungan Bili-Bili berkapasitas 375 juta meter kubik yang selesai dibangun pada 1997.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Suryadarma Hasyim mengatakan, bendungan terbesar di Sulsel yakni Bendungan Bili-Bili sudah tidak memadai untuk menampung air sebagai pengendalian banjir ketika curah hujan besar seperti yang terjadi pada tahun 2019, di mana dampak banjir sangat terasa di Kota Makassar.
Oleh karena itu, Bendungan Jenelata juga akan dimanfaatkan untuk menahan luapan air Sungai Jenelata yang berhilir ke Sungai Jeneberang, sehingga dapat membantu Bendungan Bili-Bili yang juga membendung hulu Sungai Jeneberang.
“Kita berharap dengan fungsi dari Bendungan Jenelata akan lebih optimal untuk mereduksi banjir di Kota Makassar serta membantu saat kekeringan. Sehingga dengan adanya tampungan air ini, memberikan taman air ketika terjadi El Nino. Jadi, pada musim hujan kita cegah banjir, pada musim kemarau kita manfaatkan airnya untuk pertanian, suplai air baku, dan untuk kebutuhan masyarakat,”
Selain sebagai pengendali banjir, Bendungan Jenelata juga berfungsi sebagai sumber air irigasi bagi lahan pertanian seluas 26.773 hektar yakni di Daerah Irigasi (DI) Bili-bili 2.400 hektar, DI Bissua 13.916 hektar, dan D.I. Kampili 10.457 hektar.
Bendungan Jenelata dengan tampungan berkapasitas 223,6 juta meter kubik juga mempunyai potensi pembangkit listrik tenaga hidro sebesar 7 megawatt, serta pariwisata air.
Konstruksinya digarap oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dengan KSO CAMC Engineering Co., Ltd dari China.
Adapun nilai kontrak proyek infrastruktur pengendali banjir ini adalah sebesar Rp 4,1 triliun.